Dari Patah Hati ke Berita Fitnah: Ketika Jurnalis Kehilangan Objektivitas



SAMBAR.ID// PASURUAN - 18 Maret 2025 – Cinta dan profesi seharusnya bisa berjalan berdampingan, tetapi bagi Bayu Pratama (32), seorang wartawan investigasi, perasaannya terhadap teman seprofesinya sendiri justru berubah menjadi bumerang yang menghancurkan segalanya.


Bayu telah lama menyimpan rasa terhadap Karin Wijaya (30), seorang jurnalis cerdas dan berintegritas tinggi di media yang sama. Mereka sering bekerja bersama di lapangan, berdiskusi tentang isu-isu besar, bahkan berbagi visi tentang dunia jurnalistik yang ideal. Bagi Bayu, Karin bukan hanya rekan kerja—ia adalah sosok yang ia kagumi, hormati, dan cintai.


Namun, ketika Bayu akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya, Karin menolaknya dengan lembut. "Aku menghargai kamu sebagai teman dan kolega, tapi aku tidak bisa memberi lebih dari itu," ujar Karin dalam pertemuan mereka di sebuah kafe kecil dekat kantor.


Penolakan itu membuat Bayu kecewa dan terluka. Kekecewaannya semakin mendalam saat ia mengetahui bahwa Karin ternyata seolah menjalin hubungan partner kerja dengan seorang jurnalis lain dari media tempatnya, seseorang yang kerap berseberangan dengannya dalam pemberitaan.


Dalam kondisi emosional, Bayu melakukan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya: ia menulis sebuah artikel tentang "Wartawati Pelakor, Wartawati Pelacur", dan bermacam lainnya yang isinya bermuatan negatif berdasar asumsi hati yang luka, seolah ingin membalas luka dengan luka. Meski tidak menyebut nama secara langsung, isi berita itu jelas mengarah pada Karin. 


Dalam artikelnya, Bayu menuduh ada jurnalis yang kehilangan independensinya karena terlibat hubungan dengan pihak yang berkepentingan dalam dunia pemberitaan.


Berita itu langsung mencuri perhatian publik dan menjadi viral. Banyak pihak yang mulai mempertanyakan netralitas jurnalis wanita yang dimaksud, hingga beberapa kolega Karin mulai menjauhinya karena takut terlibat dalam kontroversi.


Karin, yang awalnya mencoba tetap profesional, akhirnya tak tahan lagi. Dalam sebuah wawancara live di tiktok, ia menyampaikan klarifikasi. "Sebagai jurnalis, saya selalu berpegang pada prinsip objektivitas. Tapi saya tidak pernah menyangka bahwa seseorang yang saya anggap teman bisa menusuk saya dari belakang hanya karena perasaan pribadi yang tak berbalas."


Tak lama setelah itu, identitas Bayu sebagai penulis artikel tersebut terbongkar. Kantor medianya melakukan investigasi internal dan menemukan bahwa artikel tersebut tidak memiliki dasar yang kuat selain asumsi pribadi. Bayu pun diskors, dan akhirnya mengurung diri.


Namun, bagi Karin, maaf saja tidak cukup untuk memperbaiki nama baiknya yang telah tercoreng. Ia tetap melanjutkan karier jurnalistiknya dengan lebih kuat, menjadikan pengalaman pahit ini sebagai pelajaran bahwa tidak semua rekan kerja bisa dipercaya, terutama ketika hati ikut terlibat.


(Andai ada kesamaan dengan cerita ini hal tersebut merupakan ketidaksengajaan) Seperti kisah di balik ''Cinta Ditolak Berita Meledak". 

Lebih baru Lebih lama