SAMBAR.ID, Parimo, Sulteng - Ketua DPW Penguatan Ekonomi Kerakyatan Nasional (PEKNAS) Sulawesi Tengah, H.Isram Said Lolo menilai pelaksanaan program makanan bergizi gratis atau MBG dari Pemerintahan Prabowo Subianto – Gibran Raka Buming Raka memiliki nilai positif bagi pengembangan UMKM di daerah tersebut.
Sebab, kata mantan aktivis era 90-an itu, sumber kebutuhan yang dibutuhkan dalam menu makanan bergizi gratis tersebut semuanya sudah tersedia dan bisa diperoleh di masing-masing daerah tanpa harus didatangkan dari luar.
Jadi menurutnya program makan bergizi gratis ini luar biasa. Karena, bisa berdampak pada motivasi untuk membuka lapangan pekerjaan. Ketika program makan bergizi gratis ini dicanangkan pemerintah, dampaknya sangat luas, termasuk pertumbuhan ekonomi.
"Secara sistematis, program makan bergizi gratis ini membutuhkan bahan baku yang harus siap setiap hari dan yang otomatis bisa didapatkan di setiap daerah. Misalnya, telur, daging ayam, susu sapi.” kata Isram Said Lolo,usai kunjungan konsolidasi pengurus Peknas Daerah, di Parigi Moutong (Parimo) Minggu, (23/2/2025).
Isram yang juga sebagai motivator pengembangan UMKM menilai, program MBG ini tidak hanya menambah nilai gizi bagi para siswa, tetapi juga menciptakan dan meningkatkan nilai jual produk daerah serta dapat mengangkat harkat dan martabat para pengusaha untuk terus tumbuh dan berkembang di daerah asalnya tanpa harus takut bersaing dengan pengusaha kelas atas yang notabene memiliki sumber dana yang melimpah.
“Substansinya tidak hanya pada isu peningkatan sumber daya manusia (SDM) siswa atau nilai gizinya tetapi juga membantu para pengusaha muda dan wirausaha baru untuk tumbuh dan berkembang di negeri Indonesia ini,” tuturnya.
Secara matematika ekonomi, Isram mengatakan, jika kebutuhan MBG dihitung dari jumlah siswa, maka jika kita ambil contoh sekolah dengan jumlah siswa 100 orang, maka menu yang dibutuhkan, misalnya telur, juga harus 100.
Dan jika 100 butir telur dikalikan dengan harga per butir telur Rp. 3.000, maka untuk satu menu telur, total harganya Rp. 300 ribu, itu dalam satu menu yang bisa didapatkan oleh para penjual telur. Jadi bagaimana jika menu MBG harus menyiapkan telur, ayam, susu, maka secara otomatis pemberdayaan kepada usaha kecil akan terus berjalan.
“Maka ini akan menimbulkan semangat untuk mendorong masyarakat untuk berbisnis.Maka usaha masyarakat akan tumbuh nantinya,seperti usaha peternakan ayam petelur, usaha penjualan sayur. Maka petani juga akan semakin semangat, bercocok tanam, menanami sawahnya.Karena pembelinya sudah ada.” pungkasnya.(Red/**)
Source : Bernas.id