Sajakku Terkapar di Telapak Kaki Kiri

Teks foto : Penyair Pulo Lasman Simanjuntak saat baca puisi di sebuah komunitas sastra se-Jabodetabek belum lama ini.(Foto : Asmariah Supriyadi)
SAMBAR.ID, OPINI - Berbagai pergumulan hidup sering diangkat (baca :terinspirasi !) menjadi sebuah maha karya sastra berupa sajak atau puisi yang dapat menyentuh sampai ke dalam batin dan jiwa raga ini.


Semisal, apa yang dialami kali ini mengangkat sebuah diagnosa penyakit menjadi dua sajak terbaru yang terkait berjudul "Penyair Berjalan Tanpa Kaki Kiri " serta " Sajakku Terkapar Di Telapak Kaki Kiri".

Penderitaan kesakitan yang terus menerus tanpa kesembuhan-dan saat ini sedang terapi sinar ultrason di sebuah rumah sakit milik pemerintah daerah- membuat  saya makin semangat untuk menulis salah satunya sajak ini.


SAJAKKU TERKAPAR DI TELAPAK KAKI KIRI

1//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
sejak kudaki tubuh laut 
kian tua
tanpa ombak
tanpa ikan
saling terbang
di dermaga sudut kotamu

lalu mendarat dengan duka cita
di seberang pulau kecil
diasingkan
di atas mercusuar 
tegak berdiri 

dengan kidung batu hitam
ditulis ribuan tahun
jadi keterasingan diri
menyatu dengan syair-syair
milik pujangga tua
muncul dari bawah 
semenanjung tanah adat 
bangsa melayu 

2//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
di atas bebukitan dingin membeku
nyaris ditiup angin 
musim cuaca terbakar
digelar kemah 
pembantaian darah domba
tanpa suara

usai ibadah
dengan doa syafaat
yang bercampur dengan asap dapur
kenikmatan hari perhentian
gempa bumi di negeri sendiri

diselesaikan terburu-buru
dengan baca sepenggal
kitab suci 
nyanyian harmonika tua
dari sepasang lelaki
yang lahir dari rahim permukiman hewan-hewan  liar
mabuk tiap dinihari

3//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
membawa satu tekad
kesembuhan abadi

dengan terapi
tulang-tulang ultrason
tanpa bersalin
napsu birahi liar

hanya jari-jari tangan 
menari-nari di tubuh sajakku
aku berteriak kesakitan
sebab masa mendatang
tanpa pengharapan

hanya iman makin melelahkan
berakar dan berbuah
di rumah ibadah

selalu tersembunyi
dalam roh
hati ini

4//sajakku terkapar di telapak kaki kiri
ingin menjemput  maut bersinar
tanpa airmata
atau suara persungutan
di padang pasir bangsa kafir

lalu segera berenang 
dengan nyanyian ramah
di sebuah kolam kekeringan
kedua kaki memanjang
dihitung delapan kali pertemuan
entah sampai kapan

Jakarta, Minggu 10 Nov 2024

(Pulo Lasman Simanjuntak)
Lebih baru Lebih lama