Sambar.id Bangka || Pada pilkada serentak di seluruh wilayah RI menyisakan cerita dramatis dimana kotak kosong yang difasilitasi negara sebagai wakil suara rakyat pada kontestasi politik melawan paslon Tunggal akhirnya menunjukan Eksistensinya.
Pilkada walikota di pangkal pinang dan pilkada bupati di kabupaten Bangka pada 27 november 2024 merupakan titik kulminasi kemenangan suara Rakyat Dalam menentukan pemimpin dan masa depan daerah untuk 5 tahun mendatang.
Kotak kosong yang merupakan wadah aspirasi rakyat yang selama ini dikangkangi oleh oligarki politik ,membuktikan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan yang tidak akan bisa dibeli oleh siapa pun.
Gerakan suara rakyat Di Kabupaten bangka melalui Kotak kosong tidak massive bergerak,namun dengan semangat, dan kesadaran masyarakatnya untuk perubahan signifikan mulai dari kota sampai ke pelosok desa suara kotak kosong memimpin di 7 kecamatan dari 8 kec.yang ada di kabupaten Bangka pada perhitungan suara sementara di seluruh TPS.
Ini menandakan bahwa masyarakat telah pandai dan melek politik yang selama ini aspirasi mereka telah di berikan ke wakilnya di dewan perwakilan rakyat yang seolah mengambil keuntungan dengan menjual rekomendasi parpol kepada paslon yang beruang dan punya modal besar, walaupun kenyataanya bagi masyarakat kurang berbobot,primordial dan,malah legitimasinya sudah sangat turun .
Partai politik seolah mengklaim bahwa dengan menggandeng paslon tersebut dapat dengan mudah memenangkan kontestasi di pilkada .
Harapan pun timbul dengan adanya kolom kosong yang merupakan jalur yang difasilitasi negara , yang hadir tanpa perlu visi misi dan janji janji, serta biaya politik .
Ini adalah ibarat keyword yang seharusnya diperhatikan para Paslon Cakada untuk PeDe bahwa nggak perlu borong parpol karena Memakan biaya politik Mahal bahkan menghindari Kasus Money Politik untuk maju sebagai pimpinan daerah.
Kemenangan KOTAK KOSONG di Kabupaten Bangka merupakan cerminan bahwa seorang tokoh atau paslon juga dinilai kapabilitas,dan track recordnya selama menjabat ,dan memang terkesan masyarakat Bangka induk "Angker " bagi Petahana Kepala Daerah untuk dapat menjabat selama 2 periode selama pilkada sejak 2017 silam.
Sekali lagi Kotak kosong memberikan pelajaran kepada Oligarki kekuasaan dan untuk tidak main- main dengan suara rakyat karena Pilkada adalah pesta demokrasi yang seharusnya menjadi ajang mencari pemimpin daerah secara kompetitif dan kaderisasi yang tangguh ,jujur,kapabel dan mampu membawa perubahan yang lebih baik di daerah,
dengan suara individu yang jujur dalam memilih tanpa intervensi dan penggiringan suara.
(M.Ansory)