Peran Santri Dalam Realitas Dunia Politik



Penulis : Mangge Muhlis Muhtar (M3)

Alumni 2003 Pondok Pesantren Alkhairaat Madinatul Ilmi Dolo, Sulteng.


SAMBAR.ID, Opini, Sulteng - Pentingnya pendidikan formal pada anak mulai dari usia dini hingga jenjang teratas merupakan inisiatif pemerintah dalam mencerdaskan anak bangsa. Dalam mengakselerasi laju pertumbuhan kualitas pendidikan regulasi dunia pendidikan haruslah terus dipacu secara periodik dengan harapan lahirnya regenerasi bangsa yang cerdas, berwibawa dan unggul di bidang tempuhnya. 


Pendidikan formal baik negri maupun swasta bukanlah tolak ukur kecerdasan dan keberhasilan anak didik, namun memang tanpa menafikan bahwa kualitas pendidikan juga di tunjang dengan fasilitas yang memadai baik fasilitas tenaga pengajar maupun sarana dan prasarananya. Begitu banyak sarana pendidikan formal baik sekolah maupun madrasah didirikan tak lain tujuannya adalah mencerdaskan generasi bangsa. 


Namun ada satu sarana penampung anak didik menempuh pendidikan dengan metode religius cerdas terdidik dan mandiri yakni Pondok Pesantren. Banyak kumpulan organisasi maupun yayasan yang mendirikan pondok pondok pesantren bertujuan selain mencerdaskan anak bangsa juga mendidik dan melahirkan santri santri yang religius, cikal bakal muballig mayortitas lahir dari rahim pondok pesantren. 


Kawula remaja yang menempuh pendidikan melalui jalur Pondok Pesantren maupun madrasah madrasah lainnya dinamai Santri, pada umumnya dikisaran usia santri antara 13 hingga 18 Tahun. 


Orientasi belajar berbasis kemandirian dan berfokus pada religiusitas membuat para santri terbebani akan tuntutan lulus menjadi muballig ataupun mewujudkan cita cita lainnya yang tak menutupi jalan sesuai dengan prestasinya, tidak semua santri memiliki cita yang sama untuk menjadi muballig ada yang lulus lantas menuai cita berbagai profesi lain sebut saja seperti Polisi, Tentara, Dokter ataupun profesi lainnya. 


Orientasi pondok pesantren pada hakikatnya menanamkan dan memperkuat kualitas Iman, memperluas ilmu wawasan berfikir, serta beramal baik sesuai anjuran agama, jadi pasca lulus dari pondok pesantren sudah memiliki bekal religi yang terpatri dalam diri sehingga mudah mengingat kembali ajaran kebaikan dikala melenceng atau khilaf dalam bertindak dikehidupan sosial. 


Hiruk pikuk santri memang beragam, sebab pondok pesantren selain sarana pengkaderan berbasis religi sekaligus menjadi bengkel perbaikan akhlak anak didik yang masuk menimbah ilmu dengan berbagai macam karakter. Pada dasarnya menempuh pendidikan di pondok pesantren akan mendapatkan nilai plus pendidikan umum dan pendidikan agama sudah pasti di dapatkan oleh santri pondok pesantren. 


Dalam pusaran kehidupan santri sebagai insan yang juga sama seperti manusia lainnya tak lepas dari berbagai interaksi sosial, budaya maupun politik. Dunia politik menuai beberapa gejolak, siapapun bisa mengambil peran didalamnya termasuk santri, bahkan dari sekian profesi yang disebutkan di atas profesi menjadi seorang politisipun tak lepas dari incaran para santri. 


Lantas bagaimana seharusnya sikap santri dalam pusaran dunia politik ? Santri dengan bekal pengetahuan religi sudah tentu akan menuai pro dan kontra saat terjun didunia politik, stigma tentang kepiawaian santri dalam urusan agama bukan hal yang tabu sehingga sering dianggap bahwa santri alangkah baiknya lebih berorientasi kerja selain terjun ke dunia politik. 


Hiruk pikuk dunia perpolitikan lebih pada nilai politisasi yang mana oreintasinya kepentingan adalah segalanya, lawan dan kawan bukanlah parameter dalam dunia politik, hari ini kita berkawan esok kita jadi lawan politik. Hal inilah yang biasanya mempengaruhi siapa saja yang berselancar didalamnya termasuk santri. 


Kehadiran santri dalam dunia politik haruslah menjadi barometer dalam kanca perpolitikan jika iya memilih profesi itu, dengan bekal pengetahuan religi sebaiknya kehadirannya walaupun tak menjadi navigator minimal bisa berperan penting mengikis nilai nilai kepalsuan ataupun nilai nilai minus yang sering diproduksi oleh para politisi demi meraup konstituen dengan cara curang. 


Jelang Hari Santri, Santri harus tetap mengedepankan Akhlakul Karimah, Etika dan Moral agar tetap bernilai dimanapun dia berkiprah. "Selamat Hari Santri 22 Oktober 2024 Menyambung Juang, Merengkuh masa Depan" Santri kuat menuju Indonesia Emas 2045.(***)


Lebih baru Lebih lama