SAMBAR.ID, Gorontalo Bangga dan Memiliki Bargaining yang Kuat, Dipimpin Profesor dan Cucu Pahlawan Nasional Gorontalo 11//10//2024
Jika PATRIOT GORONTALO NELSON-KRIS Terpilih jadi Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo dalam 5 tahun ke depan, maka sudah pasti Gorontalo akan diperhitungkan dalam tataran pengambil kebijakan di tingkat nasional. Itu artinya, bargaining position Gorontalo di level Pemerintah Pusat akan lebih meyakinkan. Selain itu, di tataran masyarakat Indonesia, Gorontalo dipandang sebagai daerah yang memiliki tatanan masyarakat cerdas, karena dipandang mampu mengorbitkan pemimpin yang pernah menyandang predikat Profesor.
Hal itu dikemukakan aktivis Perempuan Gorontalo, Alia Sidik saat ditanya tentang alasan, mengapa mendukung dan mengkampanyekan Patriot Gorontalo, Nelson-Kris. Menurutnya, meski Gorontalo saat ini dikenal sebagai Provinsi yang masih masuk sebagai daerah termiskin di Indonesia, namun Gorontalo memiliki aset kepemimpinan SDM yang cerdas dan unggul.
“Karena miskin itu, bukan berarti bodoh, tapi ada juga yang miskin tapi pintar dan cerdas, maka tunjukkan kita orang Gorontalo sebagai masyarakat pintar dan cerdas dengan memilih pemimpin yang sudah terbukti, berpengalaman dan berlatar belakang akademisi yang identik dengan intelektual dan keilmuan” ujarnya.
Gorontalo ini ungkap Alia SIdik, harus dibangun dengan keilmuan. Ia mengutip ungkapan “kalau cuman sekadar kerja keras, Kerbau di sawah pun bekerja keras”. Hal itu menunjukkan, bahwa bekerja keras harus dibarengi dengan keilmuan dan visi yang jelas.
Performance kepemimpinan Prof. Nelson ujar Alia Sidik lagi, sangat jelas terlihat di Kab. Gorontalo sekitar 8 tahun terakhir ini yang tampil unggul di berbagai sektor. Ia mencontohkan, jika dibandingkan dengan daerah lain, penurunan angka kemiskinan di Kab. Gorontalo prosentasenya hingga 5 digit, tertinggi prosentase penurunannya. Kemudian Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meningkat, arus investasi yang masuk di Kab. Gorontalo juga meningkat, pembangunan infrastruktur seperti PASMOLIM, Rumah Sakit Boliyohuto, Taman Budaya, Pusat Konservasi Budaya di Telaga, pembangunan Sirkuit sang Profesor di Limboto. Bahkan selama memimpin Kabupaten Gorontalo Prof. Nelson mampu mempersembahkan 12 ribu unit Mahyani, tertinggi di Provinsi Gorontalo.
Tidak hanya itu saja, untuk menjadi pemimpin di daerah, tidak boleh semata-mata mengandalkan APBD, melainkan harus ada terobosan kepemimpinan yang berbasis kolaboratif, responsif dan membuka diri melalui “Sharing kebijakan” . Daerah yang hanya mengandalkan APBD pasti tidak berkembang.
“Nah dari deretan calon Gubernur di Gorontalo kali ini, saya melihat Prof. Nelson satu-satunya calon pemimpin yang sudah terbukti memiliki konsep kepemimpinan daerah berbasis kolaboratif. Buktinya, saat memimpin Kabupaten Gorontalo, Prof. Nelson sangat responsif terhadap program-program instansi lain secara kelembagaan, diantaranya, di Kab. Gorontalo di era Prof. Nelson, Polda Gorontalo berhasil membangun Sekolah Polisi Negara (SPN), SECABA TNI, keduanya di Batudaa, bahkan sekarang dibangun Rumah Sakit TNI. Di Limboto juga berhasil dibangun Rumah Sakit Bhayangkara. Semua itu karena kepemimpinan Pemerintahan Daerah yang membuka diri dan memberi ruang untuk membangun kolaborasi dengan lembaga lain.
Menariknya lagi, dalam membangun daerah berbasis kolaboratif Prof. Nelson tidak hanya “jago lobi” dalam tataran nasional, tapi juga internasional. Buktinya, jauh hari saat menjadi Rektor UNG ia sudah menjalin kerjasama dengann Internastional Dvelepoment Bank (IDB) yang hasilnya dapat dilihat dari pembangunan Gedung Kampus IV UNG di Bone Bolango. Bahkan selama memimpin Kab. Gorontalo, ia berhasil melakukan kerjasama dengan Jepang, Belanda dan negara lainnya yang scara langsung maupun tidak langsung telah berkontribusi terhadap perkembangan Kab. Gorontalo selama ini.
“Jadi masyarakat Gorontalo cerdas, sejatinya memilih Prof. Nelson, karena jika beliau terpilih, Gorontalo menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang dipimpin oleh seorang berpredikat Guru Besar, itu menjadi sebuah kebanggaan dan memiliki bargaining secara nasional”ujarnya.
Editor : Toni
Laporan jurnalis : Syarif 01