Faktor Sosial Yang Mempengaruhi Gizi Buruk pada Anak di Pedesaan

Oleh: Anah Afriyanti

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Karena kekurangan gizi pada usia balita bersifat irreversible, atau tidak dapat pulih, kekurangan gizi dapat berdampak pada perkembangan otak anak (Marimbi, 2010). Faktor yang saling terikat berbagai macam dapat menyebabkan masalah gizi. Faktor langsung termasuk infeksi dan makanan tidak seimbang, sedangkan faktor tidak langsung termasuk ketahanan keluarga, pola pengasuhan anak, layanan kesehatan anak, dan lingkungan. Kehidupan manusia dimulai sejak di dalam kandungan, jadi ibu harus sehat.


Kesehatan dan gizi ibu hamil sangat penting agar bayi tetap sehat. Jika tidak, maka manusia akan menghadapi masalah sepanjang kehidupannya. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah keadaan di mana bayi dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Ibu yang kekurangan nutrisi sebelum hamil dan selama kehamilan memiliki kecenderungan untuk melahirkan BBLR, dan mungkin juga mengalami kematian bayi. Sejak anak dalam kandungan hingga berumur dua tahun adalah masa emas, di mana tumbuh kembang fisik, mental, dan sosial sangat penting. Pada saat ini, tumbuh kembang otak paling pesat (80%) yang akan menentukan kualitas SDM pada masa dewasa, sehingga sangat mungkin anak memiliki IQ yang rendah..


Anak-anak dengan gizi buruk berisiko kehilangan IQ antara 10 dan 13 poin. Meningkatnya kasus kesakitan dan kematian adalah efek tambahan. Mereka yang masih dapat bertahan hidup karena kekurangan gizi permanen memiliki kualitas hidup yang sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki meskipun kebutuhan nutrisi mereka sudah terpenuhi pada usia berikutnya. Salah satu alasan mengapa istilah "generasi hilang" digunakan adalah bahwa orang-orang pada awal kehidupan mereka menghadapi tantangan untuk berkembang dan berkembang secara optimal. Di antara faktor lain yang mempengaruhi status gizi anak adalah faktor ekonomi keluarga, yang berdampak pada pola makan dan kecukupan gizi anak; faktor sosial-budaya, yang menempatkan kepentingan ibu hamil dan ibu menyusui setelah kepentingan bapak sebagai kepala keluarga dan anak; dan faktor pendidikan yang umumnya rendah, yang berdampak pada pengetahuan ibu yang sangat terbatas tentang pola hidup sehat dan pentingnya menjaga pola makan yang sehat..

Hasil penelitian menunjukkan status gizi balita di pedesaan: dari 96 balita di pedesaan, 83 (86,5 %) tidak mengalami penyakit infeksi dan berstatus gizi baik 72 (75,0%). Meskipun sebagian besar balita tidak mengalami penyakit infeksi, masih ada 13 (13,5%) balita yang mengalami penyakit infeksi, 7 (7,3%) balita dengan status gizi kurang, dan 1 (1.0 %) balita dengan status gizi buruk. Hasil uji statistik Kolmogorov Smirnov menunjukkan korelasi yang signifikan antara penyakit infeksi dan status gizi balita (P=0.006 < 0.05). Ibu balita yang tinggal di daerah pedesaan biasanya tidak mengetahui tentang penyakit infeksi yang dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tidak mengetahui tanda-tanda penyakit infeksi pada anak mereka. Mereka percaya bahwa anaknya akan sembuh sendiri jika dia sedikit sakit. Ketika Anak-anak dapat kekurangan nutrisi atau gizi buruk jika mereka kekurangan asupan gizi selama sakit. Supaya jarak kelahiran dapat disesuaikan dengan keinginan ibu, program KB masyarakat telah banyak digunakan. Jika ibu memiliki balita lebih dari dua tahun dan status gizi balita mereka kurang atau buruk, ini dapat disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar pendidikan ibu berada di tingkat menengah, yaitu SMP dan SMA, yang mempengaruhi pemenuhan gizi keluarga.

Teori Transcultural Nursing dapat digunakan untuk menganalisis fenomena gizi buruk pada anak dalam sosiologi. Transcultural nursing adalah bidang studi dan praktik keperawatan yang berfokus pada kesamaan dan perbedaan budaya dengan menghargai perawatan, kesehatan, dan kepercayaan budaya (Putri, 2021). Menurut transkultural perawatan kesehatan, ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih berhati-hati dalam memilih makanan untuk keluarga sehari-hari, terutama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi balita selama tahap pertumbuhan dan perkembangan mereka. Menurut transkultural perawatan kesehatan, orang yang tidak bekerja akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengurus semua kebutuhan anaknya. Namun, perlu diingat bahwa ibu yang tidak bekerja tidak akan dapat membantu meningkatkan keuangan keluarga. Sebaliknya, ibu yang bekerja harus memperhatikan kebutuhan anak, terutama gizi, selama waktu mereka dihabiskan.

Melalui hasil penelian tersebut dapat memberikan Gambaran Faktor penyebab langsung meliputi makanan tidak seimbang dan infeksi, sedangkan factor penyebab tidak langsung meliputi ketahanan keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan Kesehatan anak dan lingkungan. Kehidupan manusia dimulai sejak di dalam kandungan ibu, sehingga calon ibu perlu mempunyai kesehatan yang baik.

Peneliti berharap bahwa hasil studi ini dapat menjadi dasar upaya untuk mencega gizi buruk pada anak dipedesaan. Serta mendorong meningkatkan kesadaran terhadap dampak gizi buruk bagi anak. Selain itu, peneliti juga merekomendasikan untuk dilakukan Tindakan permasalahan diatas untuk menjaga kualitas makanan dan seimbang sesuai kebutuhan pada anak dan mengurangi permasalahan gizi buruk pada anak.

Lebih baru Lebih lama