Klaim "Raja yang Ditakuti" Ancaman Bagi Persatuan dan Nilai Demokrasi dalam NKRI


SAMBAR.ID
, Opini - 
Pernyataan ESDM sekaligus ketua umum Golkar yang mengklaim ada. "raja Jawa yang ditakuti" mencerminkan pandangan yang bertentangan dengan semangat dan nilai-nilai yang melandasi berdirinya NKRI. Indonesia lahir dari perjuangan panjang dan keras seluruh elemen bangsa, bukan dari dominasi satu kelompok atau daerah tertentu. Setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, Indonesia sempat berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai hasil dari perundingan internasional dan upaya diplomasi untuk mengakhiri konflik dengan Belanda. Namun, dalam waktu singkat, RIS dibubarkan dan kembali menjadi NKRI pada 17 Agustus 1950. Keputusan ini diambil karena mayoritas rakyat dan para pemimpin bangsa menolak konsep federalisme yang dianggap dapat memecah-belah negara.


Pembentukan NKRI mencerminkan aspirasi seluruh rakyat Indonesia untuk hidup dalam satu negara yang bersatu tanpa dikotomi antara pusat dan daerah, atau antara kelompok etnis dan golongan. Konsep kedaulatan rakyat, yang dipegang teguh dalam Pancasila, tidak memberikan ruang bagi ide-ide feodalistik atau superioritas satu suku atau daerah atas yang lain. Klaim "raja yang ditakuti" tidak hanya mengingkari sejarah perjuangan kolektif bangsa, tetapi juga berpotensi merusak persatuan dan kesatuan yang telah dengan susah payah dibangun.


Lebih jauh, ucapan semacam itu bisa menimbulkan kesalahpahaman bahwa ada hierarki kekuasaan tradisional yang seharusnya lebih dihormati atau ditakuti daripada pemerintahan yang sah berdasarkan demokrasi. Ini bertentangan dengan prinsip egalitarianisme yang menjadi dasar NKRI. Indonesia dibangun bukan atas dasar ketakutan, tetapi atas dasar persatuan, keadilan, dan kemerdekaan bagi seluruh rakyatnya. Maka, setiap pernyataan yang berusaha menghidupkan kembali semangat feodal yang telah ditinggalkan seharusnya dikritisi, demi menjaga keutuhan dan kemajuan bangsa sesuai dengan semangat reformasi dan pembaharuan.


Dengan demikian, sudah saatnya kita meninggalkan cara berpikir yang mengedepankan superioritas satu kelompok atas yang lain. Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia melibatkan seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke, dan tidak ada tempat bagi klaim kekuasaan tradisional yang berusaha menghambat proses demokratisasi yang telah berjalan di negeri ini.

(*/Red)

Sumber : Naufal Khaer

Lebih baru Lebih lama