Karnaval Suroan Tejowangi: Wujud Kebersamaan dan Toleransi Menyambut Tahun Baru Islam

Sambar.id, Pasuruan, Jatim – Dusun Juri Desa Tejowangi, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, kembali memancarkan semangat kebersamaan dan toleransi melalui acara karnaval atau arak-arakan yang meriah dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 H, Minggu, 7 Juni 2024.


Tradisi ini tidak hanya meriah, tetapi juga memperlihatkan kuatnya nilai-nilai gotong royong dan semangat kebersamaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.


Masyarakat Desa Tejowangi menunjukkan antusiasme tinggi dalam menggelar karnaval Suroan yang melibatkan berbagai kalangan, mulai dari pemuda Karang Taruna, ketua RT, ketua RW, hingga aparat kelurahan dan kecamatan. 


Dukungan pun datang dari gabungan ormas, Banser, dan Hansip yang turut serta dalam mengawal arus lalu lintas sepanjang jalur arak-arakan. Kader lansia dan balita pun turut hadir, bersama Kabiro Media Sambar.id, Bang Yahya, untuk menyaksikan kemeriahan acara.


Lebih dari sekadar perayaan, karnaval ini menjadi simbol kerukunan antar umat beragama di Desa Tejowangi. 


Warga desa yang memiliki beragam keyakinan tetap menjaga keharmonisan dan justru semakin erat bersatu. Nilai toleransi yang diajarkan oleh leluhur desa ini jauh sebelum lahirnya Pancasila telah menjadi landasan kuat dalam menjaga kebersamaan. 


Firman, salah satu pemuda setempat, mengungkapkan bahwa arak-arakan berbagai hasil bumi yang dibentuk menjadi tumpeng raksasa di sepanjang jalan diharapkan membawa keberkahan dan rejeki sebesar raksasa bagi masyarakat Dusun Juri Desa Tejowangi Purwosari Kabupaten Pasuruan di tahun yang akan datang.


Ketua RT, ketua RW, hingga kepala kecamatan turut antusias mendukung perayaan Tahun Baru Islam ini. Pemuda Karang Taruna Desa Tejowangi berperan aktif dalam menjaga kelancaran acara agar tetap kondusif. 


Mereka bekerja sama memastikan setiap aspek acara berjalan lancar, mencerminkan sikap gotong royong yang diwariskan oleh leluhur mereka.


"Tujuan dari pelaksanaan ritual atau upacara ini adalah untuk meminta keselamatan serta ilham dari Yang Maha Kuasa agar tidak melakukan hal-hal buruk selama berlangsungnya bulan keramat nan diyakini sangat sakral ini.


 Sebagaimana Masyarakat Jawa merasa bahwa bulan tersebut merupakan waktu yang suci untuk memperbaiki diri tentang berbagai hal yakni tentang ungkapan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, evaluasi atas segala dosa sepanjang satu tahun yang sudah terlewati.


Kekompakan sangat terlihat mulai dari Sore hari ini seperti mempertunjukan semua hasil bumi yang dimodifikasi menyerupai binatang seperti buaya hingga alunan musik yang juga menampilkan kesenian khas daerah jawa seperti bantengan hingga para penari yang di ikuti oleh warga purwosari kabupaten pasuruan.

Tahun baru Jawa biasanya diperingati pada malam hari setelah terbenamnya matahari. Pandangan dalam masyarakat Jawa, hari ini dianggap kramat Untuk sebagian masyarakat pada malam siji sura dilarang untuk bepergian ke mana-mana kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah hingga meminta sesuatu hal yang lebih baik kepada Tuhan agar di malam bulan satu asyura ini diberikan kebaikan kelancaran rezeki kesehatan bagi semua keluarganya keselamatan dalam berbagai apa yang dilakukan terutama dalam hal mencari kebaikan keridhoan keberkahan kemuliaan serta semua perubahan hidup yang lebih terlihat lebih bagus daripada bulan bulan yang sebelumnya.


Keberagaman keyakinan yang ada di Desa Tejowangi justru menjadi pemersatu dalam momen perayaan Tahun Baru Islam. Tradisi Suroan dengan kegiatan karnaval sedekah bumi ini menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai Pancasila masih hidup dan terus dilestarikan. 


Desa Tejowangi adalah salah satu contoh penerapan nilai-nilai Pancasila yang masih berjalan hingga kini. Jika setiap desa di Indonesia dapat menjaga dan melestarikan adat budaya leluhur mereka, Indonesia akan menjadi negara yang maju dan kuat dengan jati diri sebagai bangsa timur yang kaya akan budaya.


(jinjo/yah)

Lebih baru Lebih lama