Sambar.id, SUBANG, JABAR - Seorang balita di Desa Sukatani, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Jawa Barat harus terbaring lemah karena menderita hidrosefalus. Ekenomi yang sulit, menyebabkan orang tuanya tidak bisa membawa anaknya berobat kerumasakit.
Kini Suci Wati balita berusia 20 hari ini hanya bisa berbaring lemah tinggal bersama kedua orang tuanya di Dusun Sukatani RT 03/01 Desa Sukatani, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang.
Ketika rasa sakit di kepalanya semakin terasa akibat penumpukan cairan di dalam kepalanya Suci tak henti -hentinya terus menangis.
Risa Mayasari (41) Ibu kandung Suci hanya bisa pasrah melihat kondisi putri ketiganya, selain itu dirinya juga masih belum normal pasca operasi cesar ketika melahirkan Suci.
Bekerja sebagai kuli serabutan Ayah Suci Daspin (39) hanya bisa berharap bantuan dari pemerintah setempat untuk pengobatan sang anak tercintanya agar sembuh dari penyakit yang dideritanya.
"Kami hanya bisa pasrah, melihat kondisi anak saya yang semakin kesini semakin parah penyakitnya, untuk berobat ke rumasakit kami tidak punya uang, jangankan buat berobat buat makan sehari - hari juga mengandalkan hasil kerja serabutan Pa," ucap Daspin dengan nada sendu.
Lebih lanjut Daspin mengatakan, sejak dalam kandungan anak kami sudah didiagnosa penyakit Hidrosefalus oleh dr dan harus segera di laksanakan operasi cesar karena udah waktunya melahirkan.
"Waktu itu Istri saya diajak sama Ibu Bidan untuk diperiksa kandungan ke Puskesmas Cipunagara, hasil pemeriksaan dr, anak saya sudah di diagnosis penyakit Hidrosefalus dan dianjurkan untuk segera di operasi cesar," tutur Daspin.
Pasca operasi cesar hingga usia bayi Suci berusia 20 hari belum ada lagi perawatan yang serieus karena terbentur biaya. Padahal, kondisi Suci semakin parah. Anak yang berjenis kelamin perempuan itu bahkan tiap malam selalau menangis dari mulai magrib sampai subuh. Tentunya kondisi tersebut sangat menghawatirkan dengan kondisinya yang lemah dan tubuhnya yang kurus kering.
"Harus bagaimana lagi Pa, kondisi ekonomi kami yang tidak punya, ditambah ngurus istri pasca operasi dan ngurus anak yang lainnya saya hampir putus asa, sekarang kami hanya bisa pasrah menunggu bantuan dan uluran tangan dari orang lain," ungkap Daspin. (*)