Abdul Karim Aljufri : Doa Tak Akan Pernah Kadaluarsa

Caption : (Kader Utama Partai Gerindra Sulteng, & Sekretaris DPD Gerindra Sulteng/F-IST 


Sambar.Id, Opini - DOA merupakan permintaan manusia kepada Sang Pencipta (khalik). Selayaknya sebuah permintaan, terkadang itu bisa langsung dikabulkan pada satu momen dan ada pula yang tertunda hingga momen berikutnya. 


Bahkan terkadang doa tersebut justru terkabul disaat yang tidak disangka, atau bahkan disaat kita sudah berhenti percaya dan lupa kalau kita pernah berdoa, meminta hal tersebut.


Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 terjadi pergeseran (migrasi) suara pemilih Jokowi dengan pemilih Prabowo. Dari catatan beberapa lembaga survei, kecenderungan pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 yang lalu, lebih besar mendukung Prabowo, dibanding ke kandidat lain. 


"Ini artinya, banyak dari mereka yang mulai sadar, bahwa kecintaan Prabowo kepada Bangsa ini jauh lebih besar dari pada kecintaannya pada diri sendiri. Hal itu mulai terlihat sejak Prabowo memutuskan menerima ajakan Jokowi untuk menjadi Menteri di kabinetnya.


Dengan ikhlas, Prabowo menjadi pembantu dari orang yang dulu dia bantu untuk bersinar, menjadi pembantu dari orang yang dua kali mengalahkannya dalam Pilpres.


Dukungan rakyat semakin bertambah, terlebih sejak mereka melihat kinerja positif Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo sebagai pembantu presiden. Mulai dari memangkas mark-up anggaran, hingga mengurangi mata rantai makelar pembelian Alutsista, yang tidak diketahui publik. Hal ini membuat banyak pihak menjadi iri dan dengki. 


Mereka tidak siap melihat dua tokoh nasional yang begitu kuat; Jokowi dan Prabowo, yang saking kuatnya dalam bersaing pun begitu panas. Tapi kemudian, dengan semangat cinta tanah air yang sama, dua tokoh nasional itu melepas ego masing-masing, saling berangkulan demi membangun Indonesia Raya seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini.


Keharmonisan dua tokoh besar ini, terasa semakin kuat, sejak penetapan Capres. Dukungan Presiden Jokowi terhadap Prabowo terlihat semakin jelas yang membuat sebagian kecil pecinta Prabowo yang anti Jokowi di 2019 meninggalkan Prabowo. Mereka yang dulu begitu berapi-api membela Prabowo.


Yang begitu semangat berjuang untuk Prabowo, siang dan malam berdoa untuk Prabowo, saat ini justru menjadi orang yang mencaci maki Prabowo. Hampir Tidak ada satupun yang diucapkan atau yang dilakukan Prabowo menjadi hal baik di mata mereka.


Ini bisa kita saksikan pada debat Capres yang terakhir. Betapa keras dan kasarnya serangan pihak lawan kepada pribadi dan Kementerian yang dipimpin Prabowo. Tapi, Prabowo tetap tegar, kuat dalam mempertahankan kerahasiaan negara. 


Walaupun, harus menanggung malu di depan seluruh rakyat Indonesia, Prabowo tetap teguh, tetap tegar, karena dia tahu, apa yang dia jaga adalah kerahasiaan negara, keamanan negara, keamanan dari seluruh rakyat Indonesia, keamanan kita semua.


Dengan nyinyir dan penuh senyum sinis, mereka mengejek, bahkan tidak sedikit dari mereka yang dulu sama-sama berjuang dengan Prabowo, kini membully Prabowo dan pendukungnya. 


Caption : Sekretaris DPD Gerindra Sulteng Saat kampanye Akbar dan HUT Gerindra ke 16 di lapangan Abadi /F-Ibra


Bahkan terkadang, cara berjalan Prabowo yang sedikit pincang pun, mereka komentari. Tapi itu pun dibalas dengan guyon oleh Prabowo. Dia bahkan menamakan dirinya dengan sebutan, si Pincang dari Hambalang, tempat kediamannya saat ini. Padahal, pincangnya itu adalah bekas dari perjuangan di masa muda, mempertahankan keamanan negara kita saat masih menjadi prajurit TNI.


Mereka seolah-olah lupa bahwa Prabowo bisa menjadi Menteri dengan kinerja terbaik di era kepemimpinan Jokowi saat ini, salah satunya karena doa-doa mereka di masa lalu. Mereka seolah tidak sadar, bahwa Prabowo bisa sehat hingga saat ini juga karena berkat doa-doa mereka di masa lalu.


Membaca data survey dan melihat dukungan rakyat yang semakin besar kepada Prabowo saat ini, semua itu juga berkat doa-doa mereka di masa lalu. Hal ini sebenarnya membuat kita para pendukung setia Prabowo sedih. 


Sebab bisa jadi, Ketika Prabowo dilantik menjadi Presiden RI ke-8 mereka tidak bisa ikut merasakan kebahagiaan seperti kebahagian yang dirasakan sebagian besar rakyat Indonesia. Karena bisa jadi doa-doa mereka yang dulu itu, baru dikabulkan sekarang, di Pilpres kali ini.


Pilpres 2024 tak jauh berbeda dengan Pilpres-Pilpres sebelumnya. Prabowo selalu saja diserang dengan beragam fitnah, beragam hinaan dan bahkan caci maki dari lawan-lawan politik yang selama ini oleh Prabowo dinilai sebagai putra-putra terbaik bangsa ini.


Beragam cacian dan hinaan, berbagai fitnah dan serangan yang dialamatkan padanya, tidak membuat Prabowo marah, tidak membuat Prabowo membenci. Segala fitnah dan hinaan ditanggapi dengan santai, ditanggapi dengan tegar dan senyum bahkan terkadang dengan joget gemoynya. 


Keteguhan hati dan kesabaran Prabowo ini, bisa jadi juga berkat doa-doa mereka di masa lalu. Keteguhan hati dan kesabaran Prabowo inilah yang insya Allah akan membuat doa-doa terbaik itu dikabulkan oleh Sang Maha Besar.


"Kita tentu berharap, mereka bisa ikut bersama-sama lagi. Kembali berjuang bersama kita semua. Karena sejatinya, kemenangan kita yang sudah di ujung mata ini, ada peran doa mereka di masa lalu. Sebab doa-doa tidak pernah kadaluarsa. (**)


Penulis : Sekretaris DPD Partai Gerindra Sulteng, Abdul Karim Aljufri 

Lebih baru Lebih lama