![]() |
Muhlis Salfat (doc.foto) |
Dia telah melaksanakan perjalanan dari Makassar menuju Kabupaten Sinjai yang merupakan tanah kelahiran sang penulis, memandang indahnya gunung, Lembah serta hijauan rumput-rumputan, hamparan sawah serta hutan menjadikan wilayah ini makin elok dan nan indah di pandang mata.
Namun keindahan itu bakal terusik dengan adanya bekas patahan-patahan tanah akibat longsor atau erosi tanah.
Hal inilah yang memunculkan sebuah pikiran kepada penulis “mengapa hal ini terjadi?”.
Penulis sebagai seorang dosen tentu lahir sebuah ide untuk meriset hail tersebut. Hasil riset dapat dijadikan sebagai acuan untuk menjadi bahan mitigasi potensi-potensi kebencanaan hidrometeorologi khususnya longsor dan banjir yang sering datang silih berganti.
Berikut hasil riset penulis sebagai bahan acuan untuk dapat dijadikan sebagai bahan mitigasi untuk potensi kebencanaan ini.
Kabupaten Sinjai memiliki 3 (tiga) dimensi wilayah, yakni wilayah laut/pantai, wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi. Secara morfologi, kondisi topografi
wilayah Kabupaten Sinjai sangat bervariasi, yaitu dari area dataran hingga area yang bergunung.
Sekitar 38,26 persen atau seluas 31.370 Ha merupakan kawasan dataran hingga landai
dengan kemiringan 0 - 15 persen.
Area perbukitan hingga bergunung dengan kemiringan di atas 40 persen, diperkirakan seluas 25.625 Ha atau 31,25 persen.
Menurutnya, Potensi bencana alam tanah longsor yang terdapat di wilayah Kabupaten Sinjai umumnya terjadi pada wilayah dengan kemiringan topografi >45% dengan kondisi hutan yang sudah mengalami penggundulan yang disebabkan oleh peladang yang berpindah-pindah dan penebangan liar.
Wilayah Kabupaten Sinjai yang diidentifikasi rawan terjadi bencana alam tanah longsor dan gerakan tanah berlokasi di Kecamatan Sinjai Barat, Kecamatan Sinjai Tengah, Kecamatan Sinjai Borong, Kecamatan Bulupoddo, Kecamatan Sinjai tengah, Kecamatan Sinjai Timur, Kecamatan Tellulimpoe dan Kecamatan Sinjai Utara. (Buku putih Kab. Sinjai, 2015)
Teknisnya Sinjai Berada di atas patahan walanae yang seperti patahan bumi lainnya juga mengikuti pergerakan lempeng bumi dalam proses pembetukan rupa bumi
(berdasarkan survey Kapedaltan Kab. Sinjai), dengan topografi wilayah yang sebagian besar (55 %) di kemiringan 30 sampai 70 derajat, sisanya pesisir dan daerah aliran sungai, dan morfologi tanah berjenis endapan vulkanik muda yang sangat labil.
Ditambah lagi pengaruh suhu dan iklim baik lokal maupun global; tentu saja menjadi kombinasi potensi ancaman yang sangat besar untuk menimbulkan bencana di Kabupaten Sinjai.
Paling tidak, jika melihat potensi-potensi ancaman, jenis-jenis bencana, longsor, banjir, angin puting beliung memang sudah sewajarnya kalau setiap tahun berkunjung ke Kabupaten Sinjai khususnya wilayah Sinjai Barat. Pada tulisan ini, akan membahas khusus untuk Kecamatan Sinjai Barat,
Karena wilayah ini merupakan wilayah yang rawan atau berpotensi kebencanaan. Berikut merupakan hasil penelitian penulis pada wilayah Sinjai Barat.
Desa Barania Kecamatan Sinjai Barat (1200014,3 dan 051529,7), kemiringan/ topografi (15-40%, > 40%) jenis batuan penyusun tanah (Andesit, basalt: tephra berbutir kasar, basalt, andesit) jenis tutupan lahan: hutan lindung, pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering, curah hujan tahunan 2.500-3.000 mm/tahun, potensi longsor: sedang dan tinggi: vegetasi Kawasan seharusnya menjadi Kawasan lindung tetapi tealh dialih fungsikan menjadi Kawasan Perkebunan dengan jenis tanaman seperti pisang, bambu dan tanaman liar lainnya.
Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat: (1200101,3 dan 051515,9), kemiringan 5-15%, 15-40%, jenis batuan penyusun tanah: (Andesit, basalt: tephra berbutir kasar, basalt, andesit), jenis tutupan lahan: pertanian kering dan pertanian basah Serta tanaman Perkebunan, memiliki kemiringan yang tinggi dengan jenis tanaman tutupan berupa pohon pinus dan Semak belukar sehingga berpotensi terjadinya longsor, di lokasi ini telah terjadi longsor.
Pengamatan ini merupakan sampel pengamatan yang mewakili wilayah lainnya di Kecamatan Sinjai Barat. (*)