Mendengar Suara Rakyat dan Suara Tuhan

Jacob Ereste (doc.foto)

Sambar.id, Opini - Percaya bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan, secara sederhana pemaknaannya bisa dipahami apa yang dikehendaki rakyat itu adalah perwujudan yang ridhoi oleh Tuhan. 


Sebaliknya, jika suara Tuhan itu adalah suara rakyat, pemaknaannya dapat dimengerti sebagai ekspresi kecintaan Tuhan terhadap makhluk ciptaannya yang paling mulia dibanding dengan makhluk-Nya yang lain. 


Lalu mengapa rakyat dalam banyak masih selalu diposisikan sebagai obyek -- bukan sebagai subyek -- yang patut diutamakan sekaligus dimuliakan oleh berbagai pihak, utamanya bagi pemerintah yang harus dan patut menunaikan amanah rakyat ?


Setidaknya dalam pelaksanaan Pemilu (2024) di Indonesia, rakyat patut dan layak diposisikan sebagai subyek utama dari subyek lain yang selama ini telah dimanipulasi secara sistematis dan terstruktur serta massif, sehingga rakyat tidak pernah disadari sebagai subyek yang paling penting dalam proses pelaksanaan Pemilu yang menginginkan suatu perubahan.


Setidaknya dalam bentuk pergantian kepemimpinan dan pejabat negara yang perlu disegarkan penampilan, pemikiran serta buah karyanya agar dapat lebih meningkatkan kesejahteraan dalam bentuk lahir dan batin.


Adapun kesejahteraan dalam bentuk lahir dan batin itu bukan hanya sebatas kecukupan material semata, tetapi juga keperluan dan kebutuhan yang bersifat non materi.


Seperti rasa keadilan, kenyamanan dan keamanan hingga kebagian yang harus tercermin dalam gairah hidup saat menghadapi berbagai masalah hidup dan kehidupan yang sangat kompleks dan penuh tantang untuk memasuki masa depan yang lebih baik dan lebih beradab.


Pemilu itu sendiri adalah kesepakatan dalam membatasi periodisasi jabatan seorang pejabat publik dan sebagai bagian dari upaya untuk memilih pemimpin maupun wakil rakyat yang dianggap paling mumpuni untuk mengaksentuasikan cita-cita dan harapan rakyat. 


Karena itu, reaksi terhadap wacana untuk memperpanjang masa jabatan Presiden menjadi terkesan sebagai pengkhianatan terhadap kesepakatan bersama yang telah diatur oleh peraturan maupun oleh undangan-undang. 


Karena hakikat dari dilaksanakannya Pemilu itu patut dipahami untuk melakukan pergantian kepemimpinan atau jabatan publik yang dilakukan melalui mekanisme pemilihan atas dasar suara rakyat. 


Artinya, kesepakatan untuk mendapat suasana yang segar dengan pilihan yang segar, sesungguhnya dimaksudkan untuk melakukan perubahan yang lebih dari kondisi dan situasi yang perlu ditingkatkan untuk masa depan, sehingga kualitas hidup dan kehidupan rakyat bisa semakin baik -- bukan semakin merosot seperti yang dirasakan pada akhir belakangan ini di Indonesia. 


Adapun perubahan yang diinginkan oleh rakyat dari hasil Pemilu yang harus jujur dan adil serta menjunjung etika dan moral dengan akhlak yang mulia, tentu saja sangat diperlukan untuk melakukan perubahan dalam menciptakan suasana yang lebih kondusif di semua sektor kehidupan. 


Mulai dari ekonomi, politik, budaya dan agama harus dapat dinikmati lebih enak, nyaman dan aman. Karena berbagai hal buruk yang dianggap telah mengganggu atau merusak tata kehidupan warga masyarakat secara umum harus diperbaiki atau bahkan harus segera ditinggalkan untuk diganti juga dengan program yang baru yang bisa lebih banyak memberi manfaat bagi orang banyak. 


Sebab pada intinya, negeri ini tidak dapat dibangun sendiri -- apalagi hanya ingin dinikmati sendiri -- sebab negara Indonesia dibangun oleh segenap suku bangsa yang kemudian bersepakat bersatu menjadi satu bangsa Indonesia.


Karena itu upaya untuk menguasai asset bangsa yang diamanahkan rakyat untuk dikelola oleh negara, terkesan jadi sikap khianat, ketika diberikan penguasaan dan pengelolaannya hanya kepada segelintir orang seperti tiada batas.


Atas rasa keadilan, kenyamanan serta kejujuran yang ikhlas itu pula Pemilu 2024 patut diharap mampu melahirkan pemimpin yang amanah, konsisten dan tawadhu dalam mengedepankan suara rakyat serta kepentingan rakyat. Sebab hasrat untuk mendengar suara rakyat itu seyogyanya dapat dipahami dan juga disadari adalah upaya dari mendengar suara Tuhan. 



Banten, 13 Desember 2023

Lebih baru Lebih lama