Orang Papua Bunuh Diri

Oleh: Boni Pontius Yelipele

Sambar.id, Opini - Semakin hari manusia Papua semakin berkurang, sementara non Papua semakin berkembang subur.


Hal ini bisa diketahui melalui data indeks pertumbuhan penduduk sejak tahun 2000 -2023, pasca Otonomi Khusus (Otsus) penduduk asli Papua terus menurun setiap detik, setiap jam, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan setiap tahun terus memgalami penurunan.


Hal ini diakibatkan berbagai faktor penyakit sosial, seperti miras, HIV/ AIDS, terutama akibat operasi Militer di Papua semakin terus meningkat secara massive dengan stigma terorisme.  


Sejauh ini negara belum memiliki data sesungguhnya populasi penduduk Asli Papua secara resmi untuk diketahui dunia internasional. Tak kurang dari seorang aktifis Veronika Coman terus menyuarakan agar segera lakukan sensus penduduk Asli Papua tidak pernah dipenuhi negara.


Sejauh ini pemerintah pusat dan Propinsi tidak memiliki catat vadilitas angka sesungguhnya pertumbuhan pasti penduduk adli Papua. Data sensus penduduk Orang Asli Papua yang benar seharusnya ada di kependudukan "Dukcapil" namun data yang ada secara politik, tidak real sesuai data dari lapangan.


Sekalipun manusia Papua atau OAP, banyak mengakhiri hidupnya akibat dianiaya, disiksa, hingga ditembak melalui timah panas, dan lain sebagainya yang dilakukan secara berencana untuk menghilangkan penduduk pribumi oleh kaum penguasa kolonialisme (penjajah), tetapi juga lebih banyak lagi membunuh diri sendiri atau politik adu domba (devide et impera).


Peraktek pembunuhan diri sendiri dapat dilakukan dengan banyak modus (cara), yang diantaranya; Melalui perang suku, menkonsumsi minuman keras, penularan penyakit menular, dan menjual satu sama lain sesama OAP, serta banyak modus lainnya.


A. Membunuh Diri Melalui Perang Suku.



Sekalipun perang adalah jati diri bagi orang Papua karena setelah bunuh orang dipandang pahlawan dan setelah membunuh ambil alat yang dipake bunuh jadikan barang sakral atau bahasa Wamena disebut "Ap Warek" namun negative-nya sangat tinggi karena membunuh sesama manusia Papua dengan Papua dan hal tersebut secara tidak langsung mengakibatkan manusia Papua semakin berkurang.


B. Bunuh Diri Melalui Minuman keras (Miras).



Efek daripada minuman keras dari sisi negatifnya sangat tinggi. Setelah dipengaruhi dengan efek minuman keras dapat menimbulkan perampokan, pencurian, pemerkosaan, hingga berunjuk pada penghilangan nyawa sesama maupun dirinya sendiri.


C. Bunuh Diri Melalui Penyakit Menular.


Sudah menjadi rahasia umum salah satu cara negara untuk menghabiskan dan memusnahkan etnis Orang Asli Papua sudah lama sering disoroti para pakar pemerhati Papua melalui penyebaran disengaja mendatangkan Tenaga Kerja Wanita Tuna Susila (WTS), terinfeksi HIV dan AIDS dari Thailand di Merauke tahun 1992.


Lebih banyak manusia oap meninggal karena terinveksi penyakit menular seperti HIV dan AIDS kini tersebar luas seluruh Kammpung di semua Kota Kabupaten dan Propinsi Papua. Ribuan nyawa Orang Asli Papua menunggu hari menantikan merenggang nyawa secara bertahap.


Penyakit ini lebih banyak dapat tertular melalui hubungan biologis yaitu seksual. Seksual itu bagian dari kebutuhan makluk hidup namun yang dimaksudkan disini adalah orang-orang yang melakukan ganti-ganti pasangan untuk berhubungan sekssual mengakibatkatkan banyak nyawa melayang.


D. Membunuh diri Sendiri Melalui Menjual Sesama Teman.


Hal ini banyak dilakukan dalam kalangan masyarakat orang Papua. Terutama saat bangkitnya masyarakat Papua untuk memisahkan diri dari NKRI, banyak Intel atau badan inteljen Indonesia menghabisi masyarakat Papua dengan cara pendekatan kepada masyarakat Papua itu sendiri, dengan tawaran sejumlah banyak uang.


Keempat poin yang penulis utarakan ini lebih banyak menelan nyawa manusia dari pada melalui timah panas (senjata), dan pengamatan penulis korban yang dialami lebih banyak Orang Papua dan pelakupun lebih banyak orang Papua juga.


Dengan demikian penulis memberikan judul artikel ini "Manusia Papua membunu dirinya sendiri". Sangat disayangkan, anjuran untuk menikmati hidup aman, nyama dan damai secara Gratis, namun manusia khusus OAP mencari atau menciptakan hidup tidak aman, tidak nyaman, dan tidak damai yang harus mengakibatkan pengorbanan yang sangat mahal.


Semoga dengan tulisan ini dapat menyadarkan pembaca, untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, sekaligus menjadi pencerahan untuk kesadaran diri sendiri, menyadarkan keluarga maupun di kalangan masyarakat umum lainnya.


Yelekama, 07 September 2023

Penulis Kaki Abu


*Boni Pontius Yelipele adalah Cicit dari LEWUNI ASSO Pendiri Suku Assolipele, Kepala Suku Besar, Panglima Perang Welesi, dari garis keturunan cicit perempuan.

Lebih baru Lebih lama