Sambar.id, Subang, Jabar - Milangkala Kecamatan Pamanukan ke 113 yang di gelar di bawah flayover Pamanukan, Senin (12/06/2023) mendapat sorotan dari berbagai elemen masyarakat Pamanukan.
Padahal Kota sebesar Pamanukan dengan jumlah penduduk kurang lebih 50 ribu jiwa ini sudah selayaknya memiliki alun-alun yang bisa digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan.
Selain itu, Pamanukan juga merupakan jantungnya Kabupeten Subang di Wilayah Pantura, karena wilayah ini dilintasi jalur Nasional, sekaligus daerah penyokong Pelabuhan Internasional Patimban, bukan hanya itu saja mobilitas masyarakat Pamanukan juga begitu tinggi, bahkan 60 persen kegiatan perekonomian Kabupaten Subang ada diwilayah Pamanukan.
Tokoh Pemuda Pamanukan, Asep Maulana mengaku prihatin, kegiatan milangkala Pamanukan ke 113 hanya digelar di kolong Flyover Pamanukan.
"Saya sangat menyayangkan sekali, karena Pamanukan tak punya alun-alun, terpaksa milangkala Pamanukan ini di laksanakan di bawah Flyover," ucapnya.
Lebih lanjut Asep mengatakan, warga Pamanukan sudah berkali-kali mengajukan usulan kepada pemerintah Kabupaten Subang agar mengalokasikan anggaran untuk pembangunan alun-alun atau ruang terbuka hijau di Pamanukan namun hingga saat ini belum direspon oleh Pemerintah Kabupaten Subang," tuturnya.
"Padahal keberadaan alun-alun ini sangat dibutuhkan, selain sebagai ruang terbuka hijau, juga sebagai tempat hiburan dan berinteraksi sosial, serta untuk kegiatan olahraga masyarakat, jangan sampai milangkala tahun depan kembali di gelar di kolong flyover," ungkapnya.
Asep Maulana berharap, Pemkab Subang bisa mengalokasikan anggaran untuk pembangunan Alun-alun Pamanukan di tahun 2024.
" Semoga tahun depan Pamanukan bisa punya alun-alun, agar masyarakat Pamanukan bisa memiliki ruang terbuka hijau untuk beraktivitas dan berolahraga," harapnya.
Asep juga mengkritisi, Pemerintah Kabupaten Subang yang tak memiliki konsep tata kota yang jelas di Pamanukan.
" Liat sekarang di usianya 113 tahun, Pamanukan malah makin kumuh tak jelas tata kotanya, PTC yang begitu megah terbengkalai, selain itu pasar Pamanukan juga sudah overload, sehingga banyak warga mendirikan lapak-lapak berjualan di pinggiran jalan hingga membuat Pamanukan semakin terlihat kumuh, dipenuhi lapak PKL dan tak ada penertiban sama sekali dari pihak Satpol PP," pungkasnya. (*)