Hujan turun bisa saja menjadi berkah karena menyegarkan dan menyehatkan manusia, hewan dan tumbuhan namun hujan juga kadang menjadi malapetaka, karena dapat mengakibatkan bencana seperti banjir, longsor dan bencana lainnya.
Dalam seminggu ini terutama di Sulawesi Selatan kita disuguhkan dengan informasi yang tak enak yaitu adanya beberapa orang yang harus kehilangan harta bendanya bahkan kehilangan nyawa sanak keluarganya akibat diterjang oleh dahsyatnya peristiwa longsor yang terjadi di jalan poros Malino menuju Makassar.
Bencana semacam ini ternyata dampaknya sangat dahsyat, Lonsor dan banjir merupakan jenis kebencanaan hidrometeorologi basah.
Berdasarkan data yang yang diperoleh penulis, kebencanaan itu dibagi atas 4 macam yaitu kebencanaan geologi (gunung meletus, tsunami dll),
Kebencanaan Non Alam (limbah dan pandemi), Kebencanaan hidrometeorologi kering (Kebakaran hutan, dll) dan kebencanaan hidrometeorologi basah (Banjir dan longsor).
Yang kita disuguhi sekarang sekarang ini melalui pemberitaan bahkan kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri adalah kejadian banjir dan longsor akibat derasnya hujan.
Kembali ke kalimat awal apakah hujan ini adalah rakhmat tapi kenapa too malah melahirkan malapetaka bahkan merenggut nyawa beberapa jiwa.
Ketika kita berbicara longsor dan banjir maka itu tidak lepas dari campur tangan manusia, dalam kita suci agama penulis (Islam) dijelaskan bahwa “Nampak kerusakan di Bumi dan di Lautan akibat ulah tangan-tangan manusia itu sendiri”.
Berdasarkan siklus hidrologi, hujan yang turun seharusnya terinfiltrasi kedalam tanah kemudian dilanjutkan ke tahap perkolasi agar kembali menjadi cadangan air tanah.
Tapi kenyataannya sekarang air-air itu menjadi run off yag mengakibatkan banjir dan longsor. Kenapa seperti itu ???.
ketika kita berbicara tentang siklus air disuatu wilayah maka itu tidak lepas dari peran dan fungsi daerah aliran sungai (DAS).
DAS terdiri atas daerah hulu dan hilir, daerah hulu identik dengan daerah hutan yang merupakan tempat perlindungan hidrologi dan tata hidrologi sedangkan wilayah hilir merupakan tempat bermukimnya penduduk.
Yang menjadi catatan penulis adalah fungsi lindung DAS. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti selama 3 tahun di salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan dengan indikator pengamatan berupa laju perubahan tutupan lahan dan penurunan nilai koefisien lindung DAS.
Rumusan masalah pertama yaitu laju perubahan tutupan lahan didapatkan bahwa selama satu dekade, ada alih fungsi lahan yang seharusnya menjadi kawasan lindung malah menjadi kawasan perkebunan atau lahan kering.
Lahan-lahan semacam inilah yang rawan longsor ketika musim penghujan, karena tidak berfungsi lagi sebagai penahan air tetapi air hanya menjadi run off yang membawa material-material tanah sehingga terjadi longsor.
Untuk masalah kedua tentang penurusan nilai indeks fungsi lindung DAS. Dari penelitian tersebut peneliti mendapatkan hasil senilai 0,2. Artinya kondisi DAS tidak sehat dan perlu direstorasi. Sebagai referensi bahwa apabila nilai Apabila IFLDAS > 1, maka kualitas lingkungan DAS masih terjaga.
Sehingga masih mampu menjaga fungsi keseimbangan tata air dan gangguan persoalan banjir, erosi, sedimentasi, dan kekurangan air.
Sedangkan Apabila IFLDAS < 1, maka kualitas lingkungan DAS kurang mampu menjaga fungsi keseimbangan tata air dan gangguan persoalan banjir, erosi, sedimentasi, dan kekurangan air.
Pada penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti didapatkan selisih nilai IFLDAS sebesar 0,2 untuk rentang waktu 2014 sampai 2022. Berdasarkan hasil nilai koefisien lindung yang diapatkan mengindikasikan bahwa DAS dalam kondisi tidak sehat dan perlu untuk direstorasi.
Fungsi DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh seluruh faktor yang ada pada DAS tersebut, yaitu vegetasi, bentuk wilayah (topografi), tanah, air dan manusia.
Aktivitas yang terjadi dalam DAS akan berpengaruh terhadap ekosistem DAS, termasuk aktivitas manusia di atas lahan.
Dengan demikian perubahan penggunaan lahan dan tutupan lahan, akan berpengaruh terhadap fungsi ekosistem DAS itu sendiri, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali dapat berpengaruh terhadap kualitas DAS yang mempunyai fungsi penting sebagai kawasan resapan air utama dan pengatur tata air.
Selain faktor penggunaan lahan, tutupan lahan juga juga akan berpengaruh terhadap ekosistem DAS, tutupan lahan bersifat dinamis atau senantiasa berubah.
Perubahan tutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena aktivitas manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda.
Perubahan Prosiding Seminar Nasional Geografi ums 2017 pengelolaan sumberdaya wilayah berkelanjutan 115 isbn: 978–602–361–072-3 tutupan lahan dalam DAS perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kualitas DAS sebagai suatu ekosistem.
Berdasarkan tujuan penelitian pertama diperoleh hasil bahwa dalam kurun waktu tahun 2014 – 2022, terjadi dinamika perubahan tutupan lahan di DAS di salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan.
Dinamika perubahan tutupan lahan akan berpengaruh terhadap indeks fungsi lindung DAS Kabupaten yang menjadi objek kajian, dengan demikian akan mempengaruhi daya dukung lahan di DAS Kabupaten atau lokasi tersebut, penelitian yang dilakukan oleh penulis, mengingat pendekatan daya dukung lahan salah satunya adalah berdasarkan indeks fungsi lindung.
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa dalam kurun waktu tahun 2014- 2022, tutupan lahan yang banyak mengalami perubahan adalah tanaman sayuran yang berubah menjadi hutan sebesar 22,24 %.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa perubahan tutupan lahan di DAS yang menjadi objek kajian berpengaruh terhadap indeks fungsi lindungnya.
Semakin bertambahnya atau semakin luasnya tutupan lahan yang berupa hutan, semakin baik juga daya dukung lahan (indeks fungsi lindung) DAS, seperti peneltian terdahulu yang yang telah dilaksanakan.
Dengan demikian dinamika temporal tutupan lahan di DAS perlu dipantau dan dikendalikan agar indeks fungsi lindungnya dapat terjaga dan semakin baik sehingga daya dukung lahannya juga semakin tinggi, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas DAS sebagai suatu ekosistem yang mempunyai fungsi utama sebagai daerah resapan air dan fungsi perlindungan.
Rekomendasi penulis terhadap pihak terkait terutama kepada pihak BPBD daerah dan Pusat litbang Daerah:
- Perlu adanya riset tentang alih fungsi lahan sehingga mitigasi dini dapat dilaksanakan demi mengantisipasi kebencanaan banjir dan longsor.
- Perlunya ada evaluasi kesesuaian lahan (S1,S2,S3 dan N) terhadap setiap aktivitas yang memanfaatkan lahan.
Penulis: Muhlis Salfat (peneliti bencana)