Percintaan Yang Kontroversial

Penulis: Fang Iful
Sambar.id, Sinjai, Sulsel - Lelaki itu, terbangun dari tidurnya yang lelap. Maklum, ketika adzan subuh ia baru saja tertidur, setelah semalaman nongkrong ,minum kopi main domino di Warkop.


Cahaya matahari telah merasuki ruangan kamarnya yang pengap dan lusuh, melalui celah-celah jendela yang merupakan satu-satunya jalan udara masuk ke ruangan itu.


Dengan posisi yang masih terlentang, ia meraih ponselnya, mencoba melihat siapa saja yang menghubunginya. 


Hanya pesan-pesan dari grub yang ia acuhkan, tak ada niatan sama sekali untuk membalas pesan-pesan itu.


Kemudian, ia melihat story-story yang ada, lagi-lagi tak ada yang ia cari. 


Lelaki itu, mencuci muka di kamar mandi, lalu memasak air dengan tujuan membuat secangkir kopi, ia lalu membawanya kembali ke kamarnya. 


Ia meraih sebatang rokok surya kecil dan menyulutnya pelan-pelan.Dan kembali membuka ponsel yang minim perhatian itu. 


Membuka galeri dan memandang beberapa foto screenshot yang masih tersimpan rapi disana. 


Hanya kenangan masa lalu yang menguap, menyesakkan dada lelaki itu. Ia sudah lama menjadi sarjana, ada kebanggaan dan juga ada kekhawatiran.


Semuanya bercampur aduk menjadi kesatuan seperti negara yang berdemokrasi. Ia masih mengingat pertama kali  dengan seorang perempuan yang dikenalnya di media sosial. 


Dari sana, suatu kisah bermula. Kisah yang bisa saja menjadi novel atau bahkan film sekalipun.


menurutnya yang akan membuat seorang terisak dengan alur yang not happy ending. Nama perempuan itu dirahasiakan. Tak ada yang menarik darinya.


Namun, ia berbeda dengan perempuan-perempuan saat ini. Perempuan yang sangat sederhana. 


Ia tak pernah meminta macam-macam seperti perempuan yang ketika di dekati merasa dirinya seperti ratu dan lelakinya bagai pelayan raja. 


ia tak seperti itu, ia menjadi apapun yang lelaki itu butuhkan.


Lelaki itu adalah aku. Aku tak terperdaya olehnya, seperti kertas yang basah oleh air.


Ia telah menemani hariku dengan bermacam-macam pengalaman. 


Dari yang menyenangkan sampai yang paling pahit sekalipun lewat vidio Call.


Memerhatikan apapun yang kulakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi.


Tentang kapan saatnya saya makan, tentang sholat lima waktu, bahkan tentang baju yang akan aku pakai saat akan beraktivitas, ia selalu peduli bagai seorang ibu. Sekali lagi, aku takluk oleh ketulusannya. 


Padahal, seperti kebanyakan lelaki lainnya, aku tak paham tentang perasaan. 


Bagiku, jatuh cinta adalah tindakan yang paling kontroversi yang pernah manusia perbuat.


Bagaimana tidak, jatuh cinta bisa saja membuat manusia merasa putus asa sedalam-dalamnya. 


Walaupun bisa juga sebaliknya. Pada suatu waktu lelaki itu dapat chat, kita takkan bisa bersama. 


Kali ini, berpisah adalah jalan akan kita lewati.” Katanya dalam kalimat terakhir yang dia kirimkan. 


Aku menjauh, dari ketulusan dan kelembutannya yang bagiku, terlalu pantas aku dapatkan.  


Sungguh tak pantas memang, Lelaki yang makan saja masih bergantung dari kepekaan Seniornya, lelaki yang masa depannya penuh dengan tanda tanya.


Saat ini Sudah beberapa hari aku hidup tanpa adanya kelembutan dari perempuan yang aku temui itu. 


Aku tak peduli dengan perasaanku yang dipedulikan hanyalah kebahagiaannya, menurutku. 

Lantas aku bersembunyi dari kelembutan perempuan itu, tidak ada yang dapat perempuan itu banggakan dariku.


Tentang kemapanan pun aku belum mendapatkan pekerjaan.Tentang fisik pun, aku pun tak termasuk. 


Apalagi tentang nasab, tak ada lelaki yang bisa disebut sebagai lelaki sejati hanya dengan membanggakan nasab. 


Aku hanyalah sarjana yang menganggur seperti pada umumnya. 


Terakhir aku bertemu dengan perempuan itu ketika aku dan sama-sama hadir dalam agenda foto-foto di atap gedung, tak ada keakraban yang selama ini bernafas diantara kita berdua.


Hanya sikap dingin yang membeku bagai orang asing seperti sediakala. 


Suatu hal yang wajar bagi dua manusia yang telah bersama kemudian berpisah, menurutku.


Seperti kebahagiaan sarjana yang menganggur ini melihat kebahagiaan dalam dirimu. 


Lelaki itu pun termenung beberapa saat, sudah cukup baginya mengingat kisah yang lalu.


Ia pun bergegas mandi dan mencari makan. Menjalani keseharian seperti biasa, walau ada yang kurang, dan ada yang pergi. 


Kini, ia sendiri menghadapi dunia dengan tetap berusaha bersikap acuh terhadap masa lalu, walau kenangan akan perempuan itu kerap kali hadir dalam bayang-bayang ingatan sebelum tidur. (*)

Lebih baru Lebih lama