Peneliti Asal Bumi Panrita Kitta Ungkap Titik Rawan Bencana

Muhlis Salfat, S.TP.,MP. Peneliti Bencana (doc.foto)
Sambar.id, Makassar, Sulsel. Muhlis Salfat, S.TP.,MP. Peneliti Bencana sekaligus Dosen di Salah satu kampus Swasta naungan LLDIKTI 9 Wilayah Sulawesi dan Gorontalo.


Muhlis Salfat yang juga sekaligus penulis yang telah menorehkan jurnal nasional, Prosiding internasional HAKI dan Buku ajar berISBN ini lahir di Palangka, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.


Dimasa kecilnya dihabiskan di Palangka, menempuh pendidikan mulai SD hingga SMA di di Sinjai Selatan, Pendidikan S1 di Unhas Jurusan Teknik Pertanian Konsentrasi Evaluasi Lahan dan Remote Sensing, S2 di UNHAS Pertanian Konsetrasi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dan Konservasi Lingkungan (Aplikasi GIS).


Hal tersebut paparkan potensi bencana Alam di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Jum'at, (27/05/2022)


Selain itu, ia juga peneliti lingkungan. Menurutnya, wilayah yang rawan longsor akibat Ada beberapa faktor secara alam yang perlu diperhatikan selama lakukan Penelitian sejak tahun 2017 silam di Sinjai.


"Lereng atau ketinggian suatu tempat merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan longsor,"ucapnya


Lanjut kata dia, "peta kemiringan lereng juga berpengaruh dan dapat dijadikan sebagai dasar penentu terjadinya potensi longsoran suatu wilayah," Ungkap


Untuk wilayah tahura yang terletak di desa Batu Belereng berada pada kordinat ( 120.01548, – 5.18320). kemiringan wilayah ini berada pada kisaran diatas (>40%).


"Jenis tanah juga berpengaruh akan terjadinya longsor, jenis tanah sedimen merupakan jenis tanah yang sangat berpengaruh,"


Dimana jenis tanah ini tidak dapat mengikat air yang datang sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya longsor.


"Untuk wilayah tahura berdasarkan interpretasi peta dapat diketahui jenis tanah berupa andesit, basalt, tephra, berbutir halus” jelasnya.


Selain itu Curah hujan di setiap lokasi juga berbeda-beda, curah hujan juga berpengaruh terhadap longsor sehingga jika jenis tanah dengan skor tertinggi dan dengan skor curah hujan tertinggi.


"Dapat diperkirakan daerah tersebut merupakan daerah rawan longsor,bUntuk wilayah tahura yang berada di Desa Batubelerang berada pada wilayah dengan curah hujan 2500-3000 mm/tahun," tambahnya


Penggunaan lahan yang ada didaerah yang akan dipetakan, supaya peneliti dapat mengetahui kawasan apa saja yang mungkin terkena longsor.


"Kawasan yang dapat terkena longsor dapat berupa kawasan permukiman, kawasan lindung dan sebagainya,"


Sementara, Kawasan Tahura Abdul Latif berada pada kawasan lindung, yaitu kawasan yang rawan dan berpotensi terjadinya longsor.


"Perlu dipertegas bahwa didalam kawasan hutan lindung tidak boleh menebang pohon, jangankan satu hektar satu pohon pun dilarang dan itu diatur dalam UU serta berkekuatan hukum," ucapnya


Menurutnya, Kejadian Tahura menjadi salah satu bentuk pelanggaran berat terhadap lingkungan dan seharusnya ada langkah hukum.


"Merupakan Daerah rawan longsor yang dihasilkan metode WLC dengan pembobotan dengan tiga kelas yaitu bahaya longsor rendah, bahaya longsor sedang, bahaya longsor tinggi, Dasar kriteria masing-masing kelas longsor” bebernya.


Adapun data kemiringan lereng, sambungnya, tekstur tanah dan curah hujan. kategori bahaya longsor tinggi Terdapat tiga Kecamatan.


"Sebaran wilayah longsor dengan kategori bahaya longsor tinggi Terdapat tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Sinjai Barat, Kecamatan Sinjai Borong, Sinjai Tengah, Sebagian wilayah Kecamatan Sinjai Selatan meliputi Desa Palangka dan Desa Polewali," tandanya.


Sedangkan Untuk wilayah Kecamatan Tellu limpoe meliputi sebagian Desa Samaturue, desa Saotengnga, Desa Lembang Lohe, Desa Sukamaju, Untuk wilayah Sinjai Timur tersebar di Desa Panaikang, Desa Sanjai, Desa Bongki Lengkese.


"Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah yang rawan longsor berdasarkan faktor alam dengan pembobotan berdasarkan nilai curah hujan, kemiringan lereng dan tekstur tanah atau sifat tanah," tuturnya


Wilayah yang tersebar di wilayah Sinjai Barat, Sinjai Borong, Sinjai Tengah serta palangka dan Polewali di Sinjai Selatan perlu perhatian yang serius terutama dalam hal alih fungsi lahan.


"Merupakan wilayah dengan tingkat kelerengan yang rata-rata diatas 45% dan perlu dijadikan sebagai kawasan lindung, justru banyak dimanfaatkan sebagai arena untuk pertanian dan perkebunan sehingga potensi longsor menjadi tinggi," ujarnya


Kasus terbesar adalah Tahura, tahura merupakan kawasan lindung memiliki potensi kebencanaan yang besar.


"Sangat miris ketika mengunjungi wilayah tersebut karena wilayah tersebut telah dilakukan penebangan oleh pemerintah” terangnya.


Topografi kawasan tersebut, lengkapnya, memiliki kemiringan lebih dari 90 derajat dengan ketinggian ±200m Vegetasi kawasan tersebut merupakan kawasan lindung tetapi dialih fungsikan menjadi bumi perkemahan sehingga berpotensi terjadinya longsor. (*)

Lebih baru Lebih lama